Rabu, 30 April 2014

Rafa Pergi Juga Karena Penyakit Canine Distemper

Aku dan Rafa-ku :*
     Jujur, kehilangan untuk kesekian kalinya ini benar-benar buat hati sesak. Hari ini, Selasa 29 Aprril 2014, Rafa pergi untuk selama-lamanya. Meninggal karena terjangkit penyakit Canine Distemper, penyakit yang sama yang menghinggapi Yuri. Sebenarnya, di rumahku, diantara 10 anjingku, yang pertama terlihat terkena Canine Distemper adalah Rafa. Tetapi Tuhan lebih memilih memanggil Yuri terlebih dahulu, dan selanjutnya Rafa, pada hari ini.
     Saat pertama kali aku mendengar Rafa telah pergi, itu sekitar pukul 3 PM. Ya, karena ibuku baru saja datang setelah mengajar di kampus. Hari ini aku bangun agak siang, karena megadang mengurus laptopku yang bermasalah. Saat aku mengetahui hal itu, aku tak meneteskan air mata sama sekali. Saat mendengar itu, aku merasa ikhlas, toh Rafa sudah di surga, Rafa sudah enggak ngerasain sakit lagi.
Kakakku sorenya mengambil Rafa di klinik hewan, kemudian dibawa ke rumah di kampung, yang kemudian Rafa akan dibakar. Kenapa di bakar? Takutnya kalau di tanam, virusnya akan masih bertahan selama beberapa bulan. Virus dapat tersebar melalui angin, takut dan kasihan juga anjing tetangga bila terkena, makanya di bakar dan abunya dihanyutkan di sungai. Seperti manusia, di agama Hindu ada upacara ngaben, pembakaran mayat dan dihanyutkan di sungai.
Rafa mau nyium aku ^^
     Rafa dibakar sekitar pukul 07.30 PM, dan sekitar pukul 10.30 PM baru selesai, alias benar-benar menjadi abu. Aku tidak berada di sana saat pembakaran, aku ada di Denpasar bersama kakak perempuan dan ibuku. Sudah pasti, aku disini pun mendoakan Rafa, dan benar-benar sudah ikhlas. Tapi tepat pukul 10.30 PM, aku menangis ingat Rafa. Pikirku, roh-nya Rafa mungkin dapat mampir kesini, makanya aku menangis.
     Saat itu juga, aku berkata kepada Tuhan. Aku yakin, Tuhan pasti akan menyampaikan doaku ke Rafa. Aku sebenarnya merasakan senang dan sedih ketika tahu, Rafa udah enggak ada, dan semua itu beralasan. Sedih, itu sudah pasti, karena setiap pulang kampung nanti, Rafa enggak nyambut aku lagi. Gak bisa main bareng sama Rafa lagi. Senangnya, Rafa udah ke surga. Disana, Rafa udah enggak ngerasain sakit lagi. Disana pasti ada makanan yang enak, bisa ketemu Yuri dan Bapak.

Rafa nakal gigit tangan, tapi gigitannya enggak sakit :)
 Dulu waktu kecil, Rafa dan Little Nizu pernah tinggal di Denpasar. Dan bapakku sangat sayang sama Rafa dan Little Nizu. Bapak juga sayang banget sama Yuri. Makanya, aku yakin, Rafa dan Yuri pasti bahagia di surga udah ketemu sama Bapakku juga. Jadi teringat, kenangan apa saja selama ini sama Rafa.
Waktu Rafa masih kecil, mukaknya jelek banget (menurutku). Tapi dia terus nyari aku, minta dimanjain. Tapi dulu aku masih senang main sama Little Nizu, karena menurutku Little Nizu lebih lucu dari Rafa. Tapi lama kelamaan, aku baru menyadari. Rafa sifatnya mirip banget sama Doni, anjingku yang udah meninggal karena diracun orang. Makanya semenjak itu, aku merasa bersalah dan sangat menyayangi Rafa.
Setiap pagi, Rafa dan Little Nizu selalu membangunkan aku. Malah mereka sering banget aku timpa pagi-pagi. Aku enggak nyadar, ternyata mereka ikut tidur sama aku. Rafa waktu kecil sangat bandel, mungkin sudah ada 3 Headset yang dibuatnya putus, dan 2 Charger Handphone yang dibuatnya putus juga. Inget-inget ini, kadang buat aku tersenyum. Tapi setelah itu aku menangis lagi. 
     Setiap aku pulang kampung, aku selalu menyapa Rafa dan Yuri terlebih dahulu. Lalu aku duduk di sebuah tangga, lalu Yuri dan Rafa rebutan untuk dipeluk dan di elus-elus kepala dan badannya. Misalnya, aku lagi ngelus wajahnya Yuri, maka Rafa jilat tanganku lah, kakiku lah, lalu dia masuk lewat celah ketiakku, dengan maksud, meminta untuk di elus juga. Aku benar-benar melihat bagaimana Yuri dan Rafa senang bila aku ada.
Unyu banget Rafa nih :*
Waktu tanggal 18 April 2014, kakakku yang cewek dan ibuku pulang kampung, dengan niat, kakakku ingin menjenguk Rafa. Waktu itu, yang kami tahu, Rafa matanya belekan. Tapi saat itu kakakku kesana, dan kembali ke Denpasar dengan membawa berita yang kurang baik. Kakakku bilang, kalau Rafa mengeluarkan air liur yang tidak terkontrol. Tangannya sampai basah dan terlihat sangat kotor karena berlumuran dengan air liurnya. Bahkan sudah mulai susah jalan. Saat itu aku berpikir, mungkin sudah menyerang sarafnya, dan saat itu aku belum tahu penyakit apa yang di derita oleh Rafa.
     Lalu, tanggal 20 April 2014 aku pulang kampung, karena ada upacara otonan kakakku yang cewek. Baru sampai disana, aku sudah disambut oleh anjing-anjingku. Lalu mana Rafa? Aku lihat Rafa berdiri pun agak susah, mengunyah makanan juga susah. Semangat makannya sangat tinggi. Tapi setelah makanannya dikunyah, malah dimuntahkan lagi. Seketika aku langsung nangis, aku takut Rafa akan pergi untuk selama-lamanya.
     Lalu aku dan keluargaku membahas, tindakan apa yang harus dilakukan untuk Rafa dan Yuri. Akhirnya kami membawa Rafa dan Yuri keesokan harinya ke klinik hewan yang ada di Denpasar. Aku enggak ikut ke klinik, karena kakakku sengaja membawa pickup untuk membawa Yuri dan Rafa, jadinya tempat duduknya hanya muat untuk 3 orang. Kebetulan aku memang naik motor, jadi aku pulang ke rumah Denpasar, lalu kakakku yang cowok dan cewek serta ibuku membawa Yuri dan Rafa ke klinik.
Tumben kalem Rafa diajak foto :P
     Setelah aku tiba di rumah Denpasar, aku memang gelisah. Aku kepikiran, sakit apakah Yuri dan Rafa? Parahkah? Bisa sembuhkah? Selalu aku berdoa, agar Yuri dan Rafa jangan diambil Tuhan dulu, kasi dulu dia hidup untuk bisa bermain sama aku. Lalu lantas aku membuka laptop dan aku hidupkan internet. Aku coba searching penyatkit-penyakit anjing. Aku memang sempat berdiskusi dengan kakakku yang cowok, dan dia mengatakan kemungkinan Rafa dan Yuri ini terkena virus, bukan keracunan. Aku juga berpikir seperti itu.
Lalu keluargaku datang, dan kakakku yang cewek bercerita. Kata dokter, kemungkinan besar Rafa dan Yuri terkena penyakit Distemper, yaitu penyakit yang mematikan, dengan maksud dapat menyebabkan kematian. Peluang Rafa dan Yuri untuk hidup itu sangat kecil sekali. Jadi, bila 2 hari ke depan tidak ada perubahan yang lebih baik, dokter pun menganjurkan untuk suntik mati dengan ijin pemiliknya. Apabila sembuh, Rafa dan Yuri akan mengalami cacat seperti itu selama hidupnya, dan bisa kambuh-kambuhan lagi.
Aku enggak terima awalnya, apakah musti suntik mati? Aku marah, kesal, pokoknya malas sama perkataan dokter itu. Tapi perasaan itu hanya saat aku emosi dan masih kaget, tepatnya masih belum bisa menerima kenyataan. Hari itu, hariku penuh dengan tangisan aja. Kamarku penuh dengan tisu bekas mengelap air mata. Memikirkan bagaimana keadaan Rafa dan Yuri besok. Tepat 2 hari berikutnya dari hari itu, aku dan keluarga akan ke Singapore.  Seketika semangatku untuk kesana hilang, karena memikirkan Rafa dan Yuri. Aku berdoa terus, bagaimana caranya aku tenang saat itu, dan bisa memikirkan untuk 2 hari lagi. Lalu malam itu, aku pasrahkan semua kepada Tuhan. Aku yakin, apapun yang terjadi itu sudah pilihan Tuhan. 
   
Hampir kena cium Rafa xD

 Keesokan harinya, 22 April 2014, Rafa mengalami perkembangan yang baik. Aku cukup senang, aku ke klinik hari itu bersama ibuku. Dokternya bilang, kalau Rafa udah berhenti belekan pada matanya, dan air liurnya sudah terkontrol. Syukurlah, ibuku bawakan dia telur goreng, dengan lahap loh dimakan sama Rafa. Aku benar-benar bersyukur sama Tuhan, aku di buat tenang hari itu. Lalu aku mengelus Rafa dan Yuri, dan aku bilang kepada mereka agar bersemangat untuk sembuh. Lalu aku pulang dan mempersiapkan untuk besok berangkat ke Singapore. Enggak mungkin aku membatalkan penerbangan ke sana, tiket penerbangan sudah aku beli 7 bulan yang lalu.
     Tepat paginya, 23 April 2014, sekitar pukul 07.15 AM, aku sudah berada di pesawat. Saat itu aku melihat daratan, dan keinget sama Rafa. Saat itu aku berdoa, semoga Rafa dan Yuri sembuh, dan pasti aku bawakan mereka oleh-oleh makanan dari Singapore. Berharap semakin hari semakin baik perkembangannya. Lalu pada tanggal 24 April 2014, kakakku di telpon pagi-pagi sama dokter hewan, sekitar jam 10 pagi, kalau Yuri udah meninggal. T.T Katanya Rafa jadi diam aja, mungkin syok juga melihat temannya, Yuri, di bungkus karena udah meninggal. Kata dokternya, mungkin ada kontak batin sesama anjing, makanya Rafa juga sedih.
     Sabtu, 26 April 2014, nengok Rafa. Rafa kondisinya drop lagi. Keluar ingus dari hidungnya. Makannya sedikit. Duh, aku sudah mulai takut, apakah sekarang dia akan pergi? Tapi aku terus berdoa dan menguatkan hati, entah apapun rencana Tuhan, aku harus bisa terima dan ikhlas. Minggu, 27 April 2014, aku pulang kampung lagi. Karena besok ada odalan di sanggah gede ku. Jadi melakukan beberapa persiapan dari hari minggu, tepatnya dari hari sabtu. Lalu aku melihat kondisi 8 anjingku.
Rafa malu-malu diajak foto :P
     Kakakku memang sempat hari Jumat, 25 April 2014 memanggil dokter hewan untuk mengecek kedelapan anjingku, apakah terkena distemper atau tidak. Berdasarkan dokter tersebut, terdapat 4 kategori, yaitu ringan, menengah, parah, dan sangat parah. Blezzer tidak menunjukkan gejala distemper sedikitpun, Blezzer anjing paling tua, dan susah banget ditangkap jadi enggak bisa dikasi suntik distemper. Lalu yang distemper ringan adalah Nizu. Distemper menengah adalah Rala, Becky, dan Little Nizu. Distemper parah adalah Weku dan Rasu. Distemper yang sangat parah adalah Rili. Jadi 7 anjingku, sudah terkena distemper. Memang virusnya cepat sekali menyebar. Waktu itu katanya Rili sudah enggak bisa bangun, tapi setelah disuntik sudah bisa berdiri dan jalan seperti biasa. 7 anjingku telah diberikan suntik dan obat pil untuk diminum setiap hari, kecuali si Blezzer.
     Lalu 28 April 2014, Senin, aku melihat mulutnya Rasu sebelah kanan sudah bengkak. Entah kenapa bisa bengkak, akupun enggak tahu. Rasu enggak dapet berantem dengan anjing yang lain. Kemungkinan karena distemper itu, Rasu sudah mengeluarkan air liur yang masih bisa terkendali. Weku, sudah mulai lemas. Diam saja, dan tidur. Lalu Rili, air liur yang dikeluarkan makin banyak, dan memang terlihat paling parah kondisinya diantara yang lain. Rasu adalah ibu dari Rala, Little Nizu, Rafa, Weku, dan Rili. Rasu memang sangat sayang kepada anak-anaknya, waktu Rafa sakit yang mengeluarkan air liur yang sangat banyak dan matanya belekan, Rasu yang membersihkannya. Begitupun sikapnya sama terhadap Rili. Karena itulah, Rasu terkena distemper yang parah karena kontak langsung dengan anak-anaknya yang terkena distemper terlebih dahulu. Setiap Rasu membersihkan mulutnya Rili, Rili selalu menolaknya dengan mendorong wajahnya Rasu dengan kedua tangannya, tapi tetap saja, walaupun anjing, sebagai Ibu, Rasu sangat sayang kepada anaknya, dan tetap memaksa untuk tetap membersihkan Rili.
Rafa berat amaaat -_-
     Sore itu aku harus kembali ke Denpasar, aku melihat Rasu mau pipis aja susah, yang lainnya semua tidur. Lalu aku memanggil Rasu, Rasu menghampiriku. Ya, Rasu memang anjing yang nurut. Lalu aku bilang sama Rasu, aku yakin Tuhan akan menerjemahkan apa yang aku bilang kepada Rasu. Aku mengatakan, bahwa aku dan keluarga sangat berharap Rasu dan yang lainnya sembuh. Sudah berusaha maksimal, kalau memang kuat untuh bertahan, bertahanlah. Bila sakitmu memang benar-benar sakit, tidak usah ditahan demi kami, kami ikhlas melepasmu kalau emang harus seperti itu, kalau memang jodoh, kita pasti dipertemukan lagi oleh Tuhan.
     Lalu saat itu juga, Rasu aku elus-elus. Dan Rasu melangkah 1 langkah mendekat ke aku. Aku tahu, niatnya Rasu ingin menjilat tanganku yang artinya dia sayang sama aku. Aku tahu T.T Cuma aku menolaknya dan bilang sama Rasu, kalau jangan jilat aku, takutnya walau aku cuci tangan dulu setelah megang Rasu dan memegang anjing lain, takutnya itu virus masih nempel ditangan. Lalu aku suruh dia bobo, lalu dia bobo ditempat itu juga. Aku pengen nangis, karena dia nurut banget apa yang aku bilang ke dia.
     Lalu, hari ini, 29 April 2014, masih enggak nyangka aja Rafa pergi. Tapi aku benar-benar ikhlas. Rafa sudah sembuh di surga :) Walau masih ingat, ketika sebelum dibawa ke klinik, disaat sudah susah banget jalan, Rafa masih usaha buat jalan, untuk menghampiri aku, kakak-kakakku dan ibuku. Sampai kami bener-bener pengen nangis ngeliat usahanya Rafa untuk tetap hidup. Rafa, aku sayang banget sama kamu. Sayang banget, bahkan aku nulis cerita ini masih meneteskan air mata, Fa. Sekali-sekali, Rafa dan Yuri dateng ke mimpiku ya, yah gak papa kita main barengnya di dalam mimpi, aku pasti bakalan meluk kalian, walau dalam mimpi.
     Aku enggak akan pernah ngelupain Rafa dan Yuri. Kenangan kita enggak akan pernah aku lupain :) Seneng-seneng ya di surga, i love u Rafa & Yuri :*

Related Post :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar